Jul 30, 2024

Tech Festival 2024 Timedoor Academy

Tech Festival 2024 Timedoor Academy image

Acara Tech Festival 2024 yang diadakan oleh Timedoor Academy di Millennium Mall Jakarta pada tanggal 23 Juni 2024 sukses menarik lebih dari 500 pengunjung.

Kegiatan Menarik di Tech Festival 2024

Acara ini menawarkan berbagai kegiatan menarik seperti booth trial untuk VR/AR, Robotic, Game, AI, dan lainnya. Pengunjung dapat mencoba langsung teknologi-teknologi ini yang ditampilkan oleh siswa Timedoor Academy.

Selain itu, acara ini juga menampilkan student graduation ceremony untuk siswa-siswa dari area Jabodetabek, serta pameran proyek siswa Timedoor Academy yang telah lolos final coding competition.

exhibitor-tech-festival

Ini merupakan kesempatan yang bagus bagi siswa-siswa untuk memamerkan hasil karya mereka di bidang pemrograman dan teknologi. Dengan jumlah pengunjung yang besar, Tech Festival 2024 diharapkan memberikan pengalaman berharga bagi masyarakat Jakarta yang tertarik dengan pendidikan dan teknologi.

Acara ini juga menjadi bukti komitmen Timedoor Academy dalam mengedukasi anak-anak dan remaja dengan program-program coding yang inovatif.

Artikel Lainnya

Top 5! Cara Efektif Membatasi Tontonan YouTube untuk Anak
Top 5! Cara Efektif Membatasi Tontonan YouTube untuk Anak
Di era digital saat ini, YouTube telah menjadi salah satu platform hiburan utama bagi anak-anak. Kontennya beragam, mulai dari video edukatif hingga tontonan yang kurang sesuai dengan usia anak. Hal ini membuat banyak orang tua bertanya-tanya: bagaimana cara membatasi tontonan YouTube untuk anak secara efektif? Menjaga anak-anak agar tetap aman saat menjelajahi dunia digital adalah tantangan besar bagi orang tua masa kini. Apalagi, algoritma YouTube seringkali merekomendasikan video yang tidak selalu sesuai dengan nilai-nilai yang ingin kita tanamkan pada anak. Oleh karena itu, penting untuk memahami cara membatasi tontonan YouTube untuk anak sebagai bagian dari pengasuhan digital yang bijak. Mengapa Anak Perlu Diawasi Saat Menonton YouTube? YouTube memang memiliki konten positif seperti video pembelajaran, eksperimen sains, atau cerita motivasi. Namun di sisi lain, banyak pula konten yang tidak pantas atau bahkan mengandung kekerasan, hoaks, dan nilai negatif lainnya. Jika tidak diawasi, anak dapat dengan mudah terpapar konten semacam ini. Itulah sebabnya memahami cara membatasi tontonan YouTube untuk anak bukan hanya sekadar pilihan, tetapi kebutuhan yang mendesak. Cara Membatasi Tontonan YouTube untuk Anak Berikut adalah beberapa langkah konkret yang bisa Anda lakukan sebagai orang tua: 1. Gunakan Aplikasi YouTube Kids YouTube telah merilis aplikasi khusus anak yang dikenal dengan YouTube Kids. Aplikasi ini dirancang dengan filter otomatis untuk menyaring konten berdasarkan usia anak. Ini adalah langkah awal yang tepat dalam cara membatasi tontonan YouTube untuk anak. 2. Aktifkan Mode Terbatas (Restricted Mode) Jika anak tetap menggunakan aplikasi YouTube reguler, Anda bisa mengaktifkan mode terbatas di pengaturan akun YouTube. Fitur ini membantu menyembunyikan video yang dianggap tidak pantas untuk anak-anak. 3. Manfaatkan Kontrol Orang Tua Baik di YouTube Kids maupun YouTube biasa, Anda bisa mengatur waktu menonton dan jenis video yang bisa diakses. Ini sangat membantu dalam menerapkan cara membatasi tontonan YouTube untuk anak tanpa perlu selalu mengawasi secara langsung. 4. Buat Jadwal Menonton Tetapkan waktu khusus untuk anak menonton YouTube, misalnya hanya setelah menyelesaikan tugas sekolah atau pekerjaan rumah. Dengan batasan waktu yang jelas, anak belajar untuk disiplin dan menghargai waktu. 5. Tonton Bersama Anak Luangkan waktu untuk menonton bersama anak. Selain menjadi momen kebersamaan, ini juga memberi Anda kesempatan untuk mengenal jenis konten yang disukai anak dan mengarahkan mereka pada tontonan yang lebih positif. 6. Edukasi Anak Tentang Konten yang Baik Ajari anak cara mengenali video yang mengandung unsur negatif. Dorong mereka untuk segera melapor jika menemukan video yang membuat mereka tidak nyaman. Pendekatan ini penting dalam mengajarkan tanggung jawab digital. 7. Gunakan Aplikasi Pemantauan Tambahan Ada banyak aplikasi pihak ketiga seperti Google Family Link yang memungkinkan Anda memantau aktivitas digital anak, termasuk durasi menonton dan riwayat pencarian. Ini memperkuat upaya Anda dalam menerapkan cara membatasi tontonan YouTube untuk anak secara menyeluruh. Tantangan yang Mungkin Dihadapi Mengatur tontonan anak tidak selalu mudah. Beberapa anak mungkin menolak aturan baru atau mencoba mencari celah untuk mengakses video yang dibatasi. Oleh karena itu, konsistensi dan komunikasi yang baik antara orang tua dan anak sangat dibutuhkan. Anda juga bisa melibatkan anak dalam proses membuat aturan, agar mereka merasa dihargai dan lebih kooperatif. Membatasi Bukan Melarang, Tapi Mengarahkan Perlu diingat bahwa cara membatasi tontonan YouTube untuk anak bukan berarti melarang secara total, melainkan mengarahkan ke konten yang bermanfaat. Banyak video yang bisa memperluas wawasan dan kreativitas anak jika dipilih dengan tepat. Dengan pendekatan yang seimbang antara kontrol, edukasi, dan kepercayaan, anak akan belajar mengelola konsumsi media mereka sendiri seiring waktu. Coba Kelas Coding Gratis di Timedoor Academy Mengasuh anak di era digital memang menuntut upaya lebih. Namun dengan pemahaman dan alat yang tepat, Anda bisa melindungi anak dari paparan negatif sambil tetap memanfaatkan teknologi untuk mendukung tumbuh kembangnya. Jika Anda ingin anak Anda memanfaatkan waktu layar secara produktif, kenalkan mereka pada dunia teknologi melalui cara yang mendidik dan menyenangkan. Timedoor Academy menawarkan program coba gratis belajar coding yang dirancang khusus untuk anak usia 5–19 tahun.
<strong>5 Perbedaan Autis dan ADHD pada Anak yang Wajib Diketahui Orang Tua</strong>
5 Perbedaan Autis dan ADHD pada Anak yang Wajib Diketahui Orang Tua
Dalam dunia perkembangan anak, dua istilah yang sering kali membuat orang tua bingung adalah autisme dan ADHD. Keduanya sama-sama termasuk kondisi neurodevelopmental yang memengaruhi cara anak belajar, berperilaku, dan berinteraksi. Namun, memahami perbedaan autis dan adhd pada anak sangat penting agar anak mendapatkan pendekatan dan dukungan yang tepat. Meski sekilas terlihat mirip karena sama-sama melibatkan gangguan perilaku dan konsentrasi, perbedaan autis dan adhd sangat jelas jika diamati secara lebih dalam. Artikel ini akan membantu orang tua mengenali ciri-ciri utama dari masing-masing kondisi serta membedakan keduanya dalam kehidupan sehari-hari. 1. Perbedaan dalam Interaksi Sosial Salah satu perbedaan autis dan adhd pada anak yang paling terlihat adalah cara mereka berinteraksi dengan orang lain. Anak dengan autisme cenderung kesulitan memahami ekspresi wajah, bahasa tubuh, atau norma sosial. Mereka bisa terlihat kurang responsif dalam komunikasi dua arah atau cenderung fokus pada dunia sendiri. Sementara itu, anak dengan ADHD sebenarnya memiliki keinginan untuk berinteraksi, namun mereka sering kali terlalu impulsif, menyela pembicaraan, atau sulit mendengarkan saat orang lain berbicara. Di sini terlihat bahwa perbedaan autis dan adhd tidak hanya pada minat sosial, tapi juga pada cara mereka menjalani interaksi itu sendiri. 2. Fokus dan Perhatian Perbedaan autis dan adhd pada anak juga tampak dari cara mereka fokus terhadap suatu hal. Anak dengan ADHD sulit mempertahankan perhatian pada tugas tertentu, mudah terganggu oleh rangsangan kecil, dan sering berpindah dari satu aktivitas ke aktivitas lain tanpa menyelesaikannya. Sebaliknya, anak dengan autisme justru bisa sangat fokus pada satu hal yang mereka minati, bahkan dalam waktu lama. Hal ini sering disebut "hyperfocus" dan biasanya terjadi pada topik-topik tertentu seperti angka, kendaraan, atau pola. Jadi, perbedaan autis dan adhd di sini sangat bertolak belakang dalam hal perhatian. 3. Pola Perilaku dan Rutinitas Anak dengan autisme umumnya memiliki kebutuhan tinggi terhadap rutinitas. Perubahan kecil dalam rutinitas harian bisa memicu kecemasan atau tantrum. Mereka juga kerap menunjukkan perilaku berulang seperti mengepakkan tangan, memutar benda, atau berjalan dalam pola tertentu. Sementara itu, anak dengan ADHD cenderung lebih impulsif dan suka perubahan. Mereka sering membuat keputusan tanpa berpikir panjang dan sulit mengikuti aturan yang konsisten. Perbedaan autis dan adhd pada anak terlihat jelas dalam respons mereka terhadap struktur dan rutinitas. 4. Perkembangan Bahasa dan Komunikasi Bahasa adalah area lain yang menunjukkan perbedaan autis dan adhd. Anak autis sering mengalami keterlambatan dalam bicara atau memiliki pola bicara yang tidak biasa, seperti mengulang kata-kata atau berbicara dalam nada datar. Mereka mungkin juga lebih suka berkomunikasi melalui gerakan daripada kata-kata. Sedangkan anak ADHD biasanya memiliki kemampuan bahasa yang sesuai dengan usianya, tetapi mereka sering menyela, berbicara berlebihan, atau kesulitan mendengarkan. Maka dari itu, perbedaan autis dan adhd pada anak juga mencakup kemampuan berkomunikasi secara verbal maupun nonverbal. 5. Respons terhadap Lingkungan Anak dengan autisme cenderung sensitif terhadap suara keras, cahaya terang, atau sentuhan tertentu. Mereka bisa mengalami kelebihan rangsangan sensorik yang membuat mereka merasa tidak nyaman. Ini berbeda dengan anak ADHD, yang justru sering mencari rangsangan baru dan bisa terlihat seperti tidak pernah lelah. Perbedaan autis dan adhd pada anak dalam hal ini penting untuk dikenali, karena bisa membantu orang tua menyesuaikan lingkungan rumah atau sekolah agar lebih nyaman bagi anak. Diagnosis Harus Dilakukan Profesional Meskipun artikel ini membahas perbedaan autis dan adhd, penting untuk diingat bahwa diagnosis hanya boleh dilakukan oleh profesional seperti psikolog anak, psikiater, atau dokter tumbuh kembang. Banyak anak bisa menunjukkan gejala campuran, sehingga hanya melalui observasi mendalam dan asesmen klinis yang tepat, diagnosis bisa diberikan. Dukungan yang Tepat Membantu Anak Tumbuh Optimal Setelah memahami perbedaan autis dan adhd pada anak, langkah selanjutnya adalah memberikan dukungan yang sesuai. Terapi perilaku, terapi okupasi, dan konseling bisa membantu anak-anak dengan autisme maupun ADHD untuk belajar mengelola emosi, mengembangkan keterampilan sosial, dan beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Coding: Salah Satu Media Belajar yang Efektif Bagi anak-anak dengan kebutuhan khusus, seperti ADHD maupun autisme, kegiatan yang melibatkan struktur dan kreativitas bisa sangat membantu. Salah satunya adalah belajar coding. Di Timedoor Academy, anak-anak bisa belajar coding dengan cara menyenangkan dan terstruktur. Proses ini membantu mereka melatih fokus, menyelesaikan masalah, dan mengembangkan kepercayaan diri melalui proyek digital yang nyata. Coba kelas coding gratis untuk anak Anda di Timedoor Academy dan lihat sendiri bagaimana teknologi bisa menjadi sarana belajar yang positif dan menyenangkan.
Les Coding Anak: Investasi Cerdas untuk Masa Depan Digital Si Kecil di 2025
Les Coding Anak: Investasi Cerdas untuk Masa Depan Digital Si Kecil di 2025
Di era digital seperti sekarang, anak-anak tumbuh dikelilingi oleh teknologi. Mulai dari bermain game, menonton video edukatif, hingga menggunakan aplikasi belajar online, keseharian mereka tak lepas dari gadget dan internet. Namun, menjadi pengguna pasif saja tidak cukup. Agar mampu bersaing di masa depan, anak perlu dibekali keterampilan digital sejak dini. Salah satu cara terbaik adalah dengan mengikuti les coding anak. Artikel ini akan membahas mengapa les coding anak menjadi investasi penting bagi orang tua modern, manfaat yang didapatkan anak, serta bagaimana memilih program coding yang tepat. Mari kita simak bersama. Mengapa Les Coding Anak Penting? Banyak orang tua masih berpikir bahwa belajar coding hanya untuk anak yang ingin menjadi programmer. Padahal, kenyataannya lebih luas. Les coding anak mengajarkan cara berpikir kritis, memecahkan masalah, dan melatih kreativitas. Keterampilan ini akan bermanfaat di berbagai bidang, tidak hanya di industri teknologi. Menurut World Economic Forum, keterampilan seperti problem-solving, critical thinking, dan kreativitas termasuk dalam 10 skill teratas yang dibutuhkan di dunia kerja 2030. Dengan mengikuti les coding anak, si kecil diajak untuk mengasah keterampilan ini sejak dini, sehingga mereka lebih siap menghadapi tantangan masa depan. Manfaat Les Coding Anak untuk Perkembangan Si Kecil Berikut beberapa manfaat nyata dari les coding anak yang bisa dirasakan anak dan orang tua: Melatih Pola Pikir Logis dan TerstrukturCoding mengajarkan anak memecah masalah menjadi bagian kecil, mencari solusi, dan memperbaiki kesalahan. Pola pikir ini membantu mereka menghadapi masalah di sekolah maupun kehidupan sehari-hari. Meningkatkan Kreativitas dan ImajinasiMelalui proyek coding, anak bisa menciptakan game sederhana, animasi, hingga aplikasi mini. Proses ini melatih daya imajinasi sekaligus kemampuan berpikir out of the box. Membangun Daya Juang dan ResiliensiKetika program tidak berjalan sesuai harapan, anak belajar untuk mencoba lagi dan tidak mudah menyerah. Ini membentuk mental pantang menyerah yang penting bagi perkembangan karakter. Mempersiapkan Karier Masa DepanProfesi di bidang teknologi terus berkembang pesat. Dengan mengikuti les coding anak, si kecil mendapatkan bekal awal untuk menjelajahi peluang karier di dunia digital. Kapan Anak Sebaiknya Mulai Les Coding? Tidak ada kata terlalu dini untuk belajar coding. Anak usia 6 tahun sudah bisa mulai mengenal konsep dasar pemrograman melalui media visual yang interaktif seperti Scratch atau Blockly. Bagi anak yang lebih besar, platform seperti Python, Roblox, atau bahkan web development menjadi pilihan yang menantang dan menyenangkan. Namun, penting bagi orang tua untuk memilih program les coding anak yang sesuai dengan usia dan tingkat pemahaman anak agar proses belajar tetap fun dan tidak membosankan. Tips Memilih Program Les Coding Anak yang Tepat Agar mendapatkan hasil optimal, berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan saat memilih les coding anak: Pastikan Materi Sesuai Usia dan KemampuanPilih program yang memiliki kurikulum bertahap, mulai dari konsep dasar hingga proyek nyata. Mentor Berpengalaman dan Ramah AnakPengajar yang memahami cara berkomunikasi dengan anak akan membuat suasana belajar lebih nyaman dan efektif. Belajar dengan Metode InteraktifHindari program yang terlalu teoretis. Pilih yang berbasis proyek agar anak bisa langsung mempraktikkan apa yang dipelajari. Fasilitas Sertifikat dan Portofolio ProyekSertifikat menjadi bukti pencapaian, sementara portofolio membantu anak membangun rekam jejak digital sedari dini. Yuk, Daftarkan Anak Anda di Timedoor Academy! Jangan lewatkan kesempatan untuk mempersiapkan masa depan si kecil agar lebih siap menghadapi dunia digital. Dengan mengikuti les coding anak di Timedoor Academy, mereka tidak hanya belajar tentang teknologi, tetapi juga mengasah kreativitas, logika, dan kepercayaan diri sejak usia dini. Pengalaman belajar yang menyenangkan dan aplikatif akan membantu anak melihat teknologi sebagai sesuatu yang bisa mereka kuasai, bukan ditakuti. Jika Anda ingin anak Anda merasakan pengalaman belajar coding yang seru dan bermanfaat, Timedoor Academy siap menjadi partner terbaik. Kami mengundang Anda untuk mencoba kelas percobaan les coding anak secara gratis. Daftar sekarang dan biarkan anak Anda menjelajahi dunia coding dengan cara yang menyenangkan, terarah, dan penuh semangat!
float button