Apr 09, 2025

Jumbo dan Anak: 3 Pelajaran Inspiratif Tentang Imajinasi & Teknologi 

Jumbo dan Anak: 3 Pelajaran Inspiratif Tentang Imajinasi & Teknologi  image

Di sebuah film berjudul Jumbo, kita diajak masuk ke dunia seorang anak perempuan bernama Jo. Ia menciptakan robot raksasa dari barang-barang rongsokan, memberinya nama “Jumbo”, dan menjadikannya teman bermain sekaligus pelindung. Apa yang tampak seperti kisah imajinasi belaka, sebenarnya mencerminkan kemampuan alami anak-anak untuk berkreasi, berimajinasi, dan mengekspresikan diri melalui teknologi.

Sebagai orang tua, kita tentu ingin memahami dunia anak yang sering kali tampak “tidak masuk akal”—penuh fantasi, tapi juga penuh potensi. Di era digital saat ini, dunia imajinasi itu bukan hanya bisa diwujudkan lewat gambar atau tulisan tangan, tapi juga melalui media digital seperti coding, animasi, hingga game development.

Lalu, apa yang bisa kita pelajari dari kisah Jumbo tentang anak dan teknologi?

1. Jumbo: Imajinasi Anak Adalah Aset Terbesar Mereka

Jo tidak menciptakan Jumbo karena disuruh, tapi karena ia merasa sendiri dan ingin teman. Anak-anak punya dunia batin yang kaya, dan imajinasi sering kali menjadi jembatan untuk mengekspresikan emosi atau menjelajahi ide-ide baru.

Sayangnya, dalam sistem pendidikan yang terlalu fokus pada nilai akademis, imajinasi anak bisa terlupakan. Padahal, dalam dunia teknologi, kreativitas adalah kekuatan utama. Banyak inovasi besar lahir bukan dari pengetahuan, tapi dari keberanian untuk membayangkan hal-hal yang belum ada.

Sebagai orang tua, kita bisa mulai dengan bertanya:

“Kalau kamu bisa membuat robot seperti Jumbo, dia akan seperti apa? Bisa apa saja?”

Dari situ, anak belajar berpikir kreatif dan menuangkan ide secara konkret.

2. Jumbo: Teknologi Bukan Musuh, Tapi Alat Ekspresi

Dalam film Jumbo, teknologi hadir sebagai medium ekspresi—bukan sekadar alat hiburan. Sama seperti Jo yang membangun Jumbo dari barang bekas, anak-anak zaman sekarang juga bisa menciptakan sesuatu dari apa yang mereka miliki: laptop, tablet, dan koneksi internet.

Namun, penggunaan teknologi harus diarahkan. Gadget tidak melulu buruk. Jika digunakan dengan tujuan yang jelas, ia bisa menjadi sarana anak belajar berpikir logis, berinovasi, bahkan menyampaikan perasaan mereka.

Alih-alih melarang anak bermain gadget, kita bisa bertanya:

“Apa yang bisa kamu buat dengan itu?”

“Mau coba bikin game atau animasi sendiri?”

Dari sinilah teknologi berubah fungsi: dari konsumsi pasif menjadi proses penciptaan aktif.

3. Jumbo: Setiap Anak Bisa Menjadi Pencipta, Bukan Hanya Pengguna

Film Jumbo memberi kita satu pesan penting: anak-anak punya kapasitas untuk menciptakan sesuatu yang luar biasa, asal mereka diberi kesempatan. Tidak semua anak harus jadi ilmuwan atau insinyur, tapi semua anak bisa menjadi creator—mereka hanya butuh wadah yang tepat.

Saat ini, belajar teknologi seperti coding atau animasi sudah bisa dimulai sejak usia SD. Anak-anak tidak perlu langsung membuat robot, tapi mereka bisa mulai dengan membuat karakter, mengatur alur cerita, atau menciptakan permainan kecil. Proses ini melatih banyak hal: dari berpikir sistematis, pemecahan masalah, hingga kerja sama.

Dan yang paling penting? mereka belajar percaya pada ide mereka sendiri.

Jumbo: Siapkah Kita Memberi Anak Ruang untuk Berkarya?

Sebagai orang tua, kita punya peran penting untuk mendampingi dan memfasilitasi eksplorasi anak—bukan mengarahkannya secara kaku. Imajinasi anak, seperti Jo dalam film Jumbo, sering kali menjadi fondasi awal dari keterampilan abad ke-21: kreativitas, empati, literasi teknologi, dan inovasi.

Memberi ruang untuk bermain dan berimajinasi dengan teknologi bisa menjadi langkah awal menuju masa depan yang lebih cerah untuk anak-anak kita.

Bantu Anak Anda Mewujudkan Ide Liar Mereka Bersama Timedoor Academy

Di Timedoor Academy, kami percaya bahwa setiap anak memiliki potensi luar biasa untuk menciptakan dan bukan sekadar mengikuti. Melalui program seperti coding, animasi, dan desain digital, anak-anak diajak untuk mengasah imajinasi mereka dan menuangkannya ke dalam bentuk yang nyata: mulai dari game interaktif, karakter animasi, hingga proyek digital personal yang mencerminkan ide dan perasaan mereka. Dengan pendekatan yang menyenangkan dan terstruktur, kami membantu anak memahami bahwa teknologi bukan sekadar konsumsi, tetapi juga ruang eksplorasi.

Ingin tahu detail program? Image

Ingin tahu detail program?

Kelas-kelas kami bersifat online dan interaktif, dipandu oleh mentor profesional dari Indonesia dan Jepang, serta dirancang untuk anak usia 5 hingga 18 tahun dari berbagai latar belakang. Jadi jika anak Anda memiliki dunia imajinasi sebesar robot Jumbo, mungkin mereka hanya perlu satu hal: lingkungan yang tepat untuk mewujudkannya.

Join kelas uji coba gratis kami sekarang juga!

Artikel Lainnya

Ketahui Apa Itu Doxing pada Anak dan Cara Mencegahnya 2025
Ketahui Apa Itu Doxing pada Anak dan Cara Mencegahnya 2025
Di era digital yang semakin berkembang, anak-anak kini tidak hanya menggunakan internet untuk bermain atau belajar, tetapi juga aktif di media sosial dan platform online lainnya. Meski membawa banyak manfaat, dunia digital juga memiliki sisi gelap yang perlu diwaspadai, salah satunya adalah doxing pada anak. Doxing pada anak merupakan tindakan mengumpulkan dan menyebarluaskan informasi pribadi anak secara online tanpa izin, seperti nama lengkap, alamat rumah, nama sekolah, nomor telepon, atau bahkan foto dan lokasi terkini. Hal ini sangat berbahaya karena informasi tersebut bisa digunakan untuk mengintimidasi, mengancam, atau mengeksploitasi anak.   Bagaimana Doxing Terjadi pada Anak? Banyak orang tua tidak menyadari bahwa data pribadi anak-anak bisa tersebar luas hanya melalui aktivitas online yang tampak biasa saja. Misalnya, saat anak membuat akun media sosial tanpa pengaturan privasi yang tepat, atau ketika orang tua sendiri membagikan terlalu banyak informasi tentang anak di media sosial (fenomena ini dikenal sebagai “sharenting”). Selain itu, doxing pada anak juga bisa terjadi melalui forum game online, grup obrolan, atau komentar di platform video. Anak-anak sering kali belum paham batasan antara informasi pribadi dan publik, sehingga mereka secara tidak sadar membagikan detail yang bisa dimanfaatkan oleh pihak tak bertanggung jawab.   Dampak Psikologis Doxing pada Anak Doxing pada anak bisa memberikan dampak psikologis yang cukup berat. Anak yang menjadi korban bisa mengalami stres, rasa takut, kecemasan berlebih, hingga trauma sosial. Mereka bisa menjadi enggan untuk menggunakan internet lagi, atau justru semakin tertutup dari orang tua karena takut dimarahi. Dalam beberapa kasus, doxing bahkan bisa menyebabkan anak mengalami perundungan digital (cyberbullying) yang berkepanjangan. Orang tua harus memahami bahwa doxing bukan hanya persoalan teknis, tapi juga menyangkut rasa aman dan kepercayaan diri anak. Oleh karena itu, penting untuk mengenali tanda-tanda anak mengalami tekanan karena aktivitas digitalnya, seperti perubahan perilaku, menarik diri dari pergaulan, atau takut membuka gadget di depan orang tua.   Cara Mencegah Doxing pada Anak Untuk mencegah doxing pada anak, berikut beberapa langkah penting yang bisa dilakukan: Edukasi Sejak DiniAjarkan anak sejak dini tentang apa itu informasi pribadi dan mengapa penting untuk menjaga kerahasiaannya di internet. Berikan contoh konkret agar mereka memahami dampaknya. Gunakan Pengaturan Privasi MaksimalPastikan semua akun media sosial anak memiliki pengaturan privasi yang ketat. Jangan izinkan mereka menerima permintaan pertemanan atau mengikuti orang asing secara bebas. Pantau Aktivitas Online AnakTanpa mengganggu privasi, orang tua tetap perlu tahu platform apa yang digunakan anak dan dengan siapa mereka berinteraksi. Gunakan aplikasi pengawasan yang membantu menjaga keamanan digital anak. Berhati-hati Saat Membagikan Informasi Anak Secara OnlineTidak hanya anak, orang tua pun harus bijak dalam membagikan foto, lokasi, atau cerita pribadi anak di media sosial. Bangun Komunikasi TerbukaBuat anak merasa nyaman untuk bercerita jika mengalami hal yang membuatnya tidak nyaman di dunia maya. Anak yang percaya bahwa orang tua akan mendukungnya akan lebih mudah meminta bantuan saat dibutuhkan.   Peran Sekolah dan Guru Sekolah juga memegang peran penting dalam mencegah doxing pada anak. Guru dapat memberikan pelajaran khusus mengenai etika digital dan keamanan siber sebagai bagian dari kurikulum. Selain itu, sekolah perlu menyediakan ruang diskusi terbuka tentang pengalaman digital siswa dan bagaimana cara menghadapi ancaman online. Dengan kolaborasi antara orang tua, guru, dan institusi pendidikan, upaya mencegah doxing pada anak bisa menjadi lebih efektif dan berkelanjutan. Sebagai penutup, doxing pada anak adalah ancaman yang nyata dan tidak bisa diabaikan. Di tengah kemajuan teknologi, melindungi data pribadi anak adalah bagian dari tanggung jawab kita sebagai orang dewasa. Melalui edukasi yang konsisten, pengawasan yang bijak, dan komunikasi yang terbuka, kita dapat menciptakan ruang digital yang lebih aman untuk anak-anak.   Mulai Bangun Kesadaran Digital Anak Bersama Timedoor Jika kamu ingin anak lebih siap menghadapi dunia teknologi, termasuk memahami keamanan dan etika digital, Timedoor Academy menyediakan kelas coding dan literasi digital yang ramah anak. Kamu juga bisa mencoba free trial class dari Timedoor Academy untuk melihat langsung bagaimana pembelajaran menyenangkan dan bermanfaat bisa dimulai dari sekarang.
Mengasah Logika dan Kreativitas Anak Melalui Coding AI
Mengasah Logika dan Kreativitas Anak Melalui Coding AI
Perkembangan teknologi saat ini menuntut setiap individu, termasuk anak-anak, untuk memiliki kemampuan digital yang memadai. Salah satu kemampuan yang semakin penting adalah memahami dan menggunakan artificial intelligence atau AI. Anak-anak tidak hanya belajar menggunakan teknologi, tetapi juga diajarkan untuk berpikir kritis, kreatif, dan mampu menyelesaikan masalah secara sistematis. Belajar AI untuk Anak menjadi salah satu solusi pendidikan yang tepat untuk mengasah logika dan kreativitas sejak dini. Mengapa Anak Perlu Belajar AI Sejak Dini AI bukan lagi teknologi masa depan. Saat ini, banyak aplikasi dalam kehidupan sehari-hari yang memanfaatkan AI, mulai dari asisten digital, permainan interaktif, hingga aplikasi edukasi. Dengan Belajar AI untuk Anak sejak dini, anak akan terbiasa dengan konsep pemrograman, logika, dan analisis data. Hal ini tidak hanya membantu mereka beradaptasi dengan perkembangan teknologi, tetapi juga meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif yang sangat dibutuhkan di masa depan. Selain itu, kemampuan memahami AI juga akan menumbuhkan rasa ingin tahu anak terhadap teknologi secara lebih mendalam. Mereka akan mulai mempertanyakan bagaimana sistem bekerja, bagaimana data diolah, dan bagaimana teknologi bisa digunakan untuk memecahkan masalah sehari-hari. Dengan demikian, Belajar AI untuk Anak tidak hanya berfokus pada penguasaan teknik, tetapi juga pengembangan mindset analitis yang mendukung pendidikan formal dan non-formal mereka. Manfaat Belajar AI untuk Anak Berikut beberapa manfaat utama yang diperoleh anak ketika mereka mulai Belajar AI untuk Anak: Mengasah kemampuan berpikir logis dan pemecahan masalahDengan memahami algoritma dan urutan logika, anak belajar menyelesaikan masalah secara sistematis. Mereka diajarkan bagaimana memecah masalah besar menjadi bagian yang lebih kecil dan menyelesaikannya satu per satu, sebuah keterampilan yang sangat penting dalam kehidupan dan pendidikan. Meningkatkan kreativitasAnak dapat membuat proyek AI sederhana, seperti chatbot, game interaktif, atau animasi digital. Dengan kreativitas yang diasah, mereka dapat menggabungkan seni dan teknologi untuk menghasilkan sesuatu yang unik dan bermanfaat. Mempersiapkan keterampilan masa depanPenguasaan konsep AI sejak dini menjadi modal penting untuk karier di bidang teknologi dan sains. Keterampilan ini akan membuka berbagai peluang, termasuk dalam bidang pengembangan game, robotika, hingga penelitian teknologi canggih. Belajar sambil bermainMetode gamifikasi membuat proses belajar AI menjadi menyenangkan dan interaktif. Anak-anak yang terbiasa bermain game atau eksplorasi digital akan lebih mudah beradaptasi dengan pembelajaran AI yang interaktif. Mengembangkan kemampuan kolaboratifAnak belajar bekerja sama dalam proyek AI, meningkatkan kemampuan komunikasi dan kerja tim. Mereka belajar bagaimana mendiskusikan ide, memberi umpan balik, dan menyelesaikan proyek bersama teman-teman sekelas. Meningkatkan kepercayaan diriKetika anak berhasil menyelesaikan proyek AI mereka, rasa pencapaian tersebut meningkatkan kepercayaan diri. Mereka belajar bahwa kegagalan adalah bagian dari proses belajar, dan kesuksesan datang melalui latihan dan pemahaman. Pendekatan Efektif dalam Belajar AI untuk Anak Agar proses Belajar AI untuk Anak efektif, metode pembelajaran harus disesuaikan dengan usia dan kemampuan anak. Timedoor Academy menawarkan kurikulum yang interaktif, praktis, dan menyenangkan. Para tutor profesional membimbing siswa langkah demi langkah, mulai dari konsep dasar hingga pembuatan proyek AI sederhana. Dengan pendekatan ini, anak tidak hanya memahami teori, tetapi juga mampu mengaplikasikan pengetahuan dalam proyek nyata. Selain itu, pendekatan pembelajaran yang personal memungkinkan tutor menyesuaikan materi dengan minat anak. Misalnya, anak yang menyukai game bisa belajar membuat game sederhana dengan AI, sedangkan anak yang tertarik animasi bisa membuat karakter interaktif. Dengan cara ini, proses belajar menjadi relevan dengan kehidupan sehari-hari dan minat anak, sehingga lebih menyenangkan dan efektif. Mengintegrasikan Hobi Anak dengan Belajar AI Salah satu cara membuat anak tertarik belajar adalah dengan menghubungkan AI dengan hobi mereka. Anak yang gemar bermain game dapat mempelajari cara mengaplikasikan AI dalam permainan, sementara anak yang menyukai animasi bisa membuat karakter AI interaktif. Pendekatan ini membuat Belajar AI untuk Anak lebih relevan dan menyenangkan, sehingga anak lebih termotivasi untuk belajar. Selain meningkatkan keterampilan teknis, mengintegrasikan hobi dengan AI juga menumbuhkan kreativitas dan kemampuan berpikir kritis. Anak belajar bahwa teknologi bukan hanya untuk hiburan, tetapi juga alat untuk berekspresi dan menciptakan sesuatu yang bermakna. Peran Orang Tua dalam Mendukung Belajar AI Anak Peran orang tua sangat penting dalam mendukung anak selama Belajar AI untuk Anak. Orang tua dapat membantu dengan: Memberikan supervisi dan pendampingan saat anak mengerjakan proyek Memberikan pujian dan dorongan ketika anak berhasil menyelesaikan tugas Menyediakan lingkungan belajar yang nyaman serta alat yang dibutuhkan Dengan dukungan penuh dari orang tua, anak menjadi lebih percaya diri dan termotivasi dalam mengeksplorasi dunia AI. Belajar AI Sejak Dini: Kreatif, Menyenangkan, dan Bermanfaat bagi Masa Depan Anak Menguasai AI sejak dini memberikan banyak keuntungan bagi anak. Selain mengembangkan keterampilan teknis, proses ini juga melatih kemampuan berpikir kritis, kreativitas, dan pemecahan masalah. Belajar AI untuk Anak di Timedoor Academy menghadirkan pengalaman belajar yang interaktif, praktis, dan menyenangkan. Dengan kurikulum terstruktur dan tutor profesional, anak dapat mengeksplorasi AI dengan aman dan efektif. Jika Anda ingin anak Anda mulai mengembangkan keterampilan AI dengan cara yang menyenangkan dan interaktif, segera daftarkan mereka untuk free trial di Timedoor Academy. Di sini, anak-anak akan belajar AI secara kreatif dan praktis, dibimbing oleh tutor profesional yang memahami kebutuhan belajar anak modern.
Peran Orang Tua dalam Pembelajaran Digital Anak: Tips Efektif 2025
Peran Orang Tua dalam Pembelajaran Digital Anak: Tips Efektif 2025
Pembelajaran digital kini sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari dunia pendidikan anak. Sejak pandemi, banyak anak yang terbiasa belajar lewat layar, baik dari sekolah maupun dari platform tambahan seperti kursus coding, bahasa, atau matematika. Namun di balik kemudahan teknologi ini, peran orang tua tetap sangat penting untuk memastikan proses belajar berjalan efektif. Meski banyak yang mengira pembelajaran digital membuat anak jadi lebih mandiri, kenyataannya tidak semua anak siap mengatur waktu, fokus, atau memahami materi sendiri. Inilah kenapa peran orang tua dalam pembelajaran digital anak tetap dibutuhkan, bukan hanya sebagai pengawas, tapi juga sebagai pendamping yang aktif dan peka terhadap kebutuhan belajar anak. Orang Tua Sebagai Penjaga Ritme Belajar Salah satu tantangan dalam pembelajaran digital adalah disiplin waktu. Anak cenderung lebih mudah terdistraksi oleh hal lain ketika belajar dari rumah, terutama ketika tidak ada guru yang mengawasi langsung. Di sinilah orang tua bisa berperan sebagai pengatur ritme harian yang sehat dan konsisten. Dengan membantu menyusun jadwal belajar dan istirahat yang seimbang, orang tua turut menciptakan kebiasaan belajar yang bertanggung jawab. Peran orang tua dalam pembelajaran digital anak sangat terasa dalam membentuk kedisiplinan sejak dini. Menciptakan Lingkungan Belajar yang Kondusif Lingkungan belajar punya pengaruh besar terhadap konsentrasi anak. Di rumah, gangguan bisa datang dari mana saja, seperti televisi, suara kendaraan, atau bahkan adik yang bermain di dekatnya. Orang tua perlu memastikan anak memiliki sudut belajar yang cukup tenang dan nyaman. Selain itu, pastikan juga perlengkapan digital seperti laptop, headset, dan koneksi internet berfungsi dengan baik. Meskipun terdengar sederhana, hal-hal teknis ini sering kali menjadi hambatan jika tidak disiapkan dengan baik. Peran orang tua dalam pembelajaran digital anak juga mencakup kesiapan sarana belajar. Memberikan Dukungan Emosional Anak yang belajar secara daring kadang merasa sendirian, apalagi jika materi terasa sulit dan tidak ada teman berdiskusi. Orang tua bisa menjadi tempat anak berbagi cerita, mengekspresikan rasa frustrasi, atau sekadar butuh semangat. Dukungan emosional ini tidak kalah penting dibanding bantuan akademik. Memberikan perhatian sederhana seperti bertanya, “Tadi belajarnya seru nggak?” atau “Ada yang bikin bingung nggak?” dapat membangun kepercayaan anak terhadap proses belajarnya sendiri. Peran orang tua dalam pembelajaran digital anak di sini adalah sebagai pendengar yang suportif. Mengawasi dan Membimbing Penggunaan Teknologi Teknologi memang mendukung pembelajaran, tapi juga membawa risiko jika tidak diawasi. Anak bisa saja tergoda untuk membuka YouTube atau bermain game saat kelas berlangsung. Di sinilah pentingnya orang tua untuk tetap terlibat, bukan hanya memberi akses tapi juga mengarahkan. Gunakan tools sederhana seperti timer belajar, mode fokus di gadget, atau aplikasi kontrol orang tua. Yang tak kalah penting, komunikasikan alasan di balik aturan tersebut agar anak tidak merasa diawasi secara berlebihan. Ini adalah bagian dari peran orang tua dalam pembelajaran digital anak yang lebih bijak dan membangun. Menjadi Partner dalam Proses Belajar Orang tua tidak harus mengerti semua materi yang diajarkan secara digital. Namun dengan ikut terlibat, misalnya mendampingi saat anak belajar coding atau menyimak hasil proyek digitalnya, anak akan merasa usahanya dihargai. Hal ini dapat meningkatkan motivasi dan rasa percaya diri mereka. Menjadi partner artinya bersedia belajar bersama, ikut eksplorasi, dan terbuka untuk bertanya atau berdiskusi. Peran orang tua dalam pembelajaran digital anak akan terasa lebih kuat ketika proses belajar menjadi kegiatan bersama, bukan tugas sepihak. Menyesuaikan Pendekatan Sesuai Usia Anak Anak usia dini mungkin masih butuh banyak pendampingan langsung, sementara anak remaja butuh ruang untuk mengatur sendiri. Orang tua perlu menyesuaikan gaya dampingan agar anak tetap merasa dihargai, tapi juga tetap terbantu saat dibutuhkan. Fleksibilitas ini penting agar pendampingan tidak terasa seperti tekanan. Peran orang tua dalam pembelajaran digital anak seharusnya terasa sebagai dukungan yang menyenangkan, bukan pengawasan ketat yang membatasi. Menjadi Role Model dalam Penggunaan Teknologi Anak akan lebih mudah meniru daripada mendengar nasihat. Jika orang tua ingin anak fokus belajar saat online, orang tua juga bisa memberi contoh dengan tidak sering memegang ponsel atau menonton TV saat anak belajar. Sikap ini akan memperkuat nilai yang ingin ditanamkan. Peran orang tua dalam pembelajaran digital anak dimulai dari kebiasaan di rumah yang konsisten dan memberi contoh positif dalam menggunakan teknologi. Mengarahkan Anak pada Sumber Belajar Berkualitas Dengan begitu banyaknya platform online, orang tua juga bisa membantu memilihkan materi atau kelas yang sesuai dengan kebutuhan dan minat anak. Bukan hanya soal materi, tapi juga soal gaya penyampaian, interaksi, dan fleksibilitas jadwal. Timedoor Academy, misalnya, menyediakan kelas coding dan teknologi untuk anak dengan pendekatan yang menyenangkan dan terstruktur. Peran orang tua dalam pembelajaran digital anak adalah membuka peluang agar anak bisa belajar dari sumber yang tepat dan terpercaya. Peran Orang Tua Tetap Tak Tergantikan Meskipun pembelajaran digital memberikan banyak kemudahan, keterlibatan orang tua tetap jadi penentu utama keberhasilan anak dalam belajar. Orang tua berperan sebagai fasilitator, penyemangat, pendamping, sekaligus panutan dalam penggunaan teknologi. Dengan mendampingi anak secara aktif dan penuh perhatian, pembelajaran digital bukan hanya jadi efektif tapi juga menyenangkan. Peran orang tua dalam pembelajaran digital anak adalah jembatan antara dunia teknologi dan kebutuhan emosional anak yang tidak bisa digantikan oleh layar. Belajar Digital Lebih Maksimal Bersama Timedoor Academy Jika Anda sedang mencari cara yang tepat untuk mendukung anak belajar digital di rumah, Timedoor Academy bisa jadi solusi yang ideal. Kami menyediakan kelas online interaktif seperti coding, matematika, dan robotika yang dirancang khusus untuk anak-anak, dengan pendekatan yang kreatif dan menyenangkan. Coba kelas gratis hari ini dan temukan bagaimana Timedoor Academy bisa membantu Anda menjalankan peran orang tua dalam pembelajaran digital anak secara lebih mudah, terarah, dan menyenangkan langsung dari rumah.
float button