Apr 09, 2025

Jumbo dan Anak: 3 Pelajaran Inspiratif Tentang Imajinasi & Teknologi 

Jumbo dan Anak: 3 Pelajaran Inspiratif Tentang Imajinasi & Teknologi  image

Di sebuah film berjudul Jumbo, kita diajak masuk ke dunia seorang anak perempuan bernama Jo. Ia menciptakan robot raksasa dari barang-barang rongsokan, memberinya nama “Jumbo”, dan menjadikannya teman bermain sekaligus pelindung. Apa yang tampak seperti kisah imajinasi belaka, sebenarnya mencerminkan kemampuan alami anak-anak untuk berkreasi, berimajinasi, dan mengekspresikan diri melalui teknologi.

Sebagai orang tua, kita tentu ingin memahami dunia anak yang sering kali tampak “tidak masuk akal”—penuh fantasi, tapi juga penuh potensi. Di era digital saat ini, dunia imajinasi itu bukan hanya bisa diwujudkan lewat gambar atau tulisan tangan, tapi juga melalui media digital seperti coding, animasi, hingga game development.

Lalu, apa yang bisa kita pelajari dari kisah Jumbo tentang anak dan teknologi?

1. Jumbo: Imajinasi Anak Adalah Aset Terbesar Mereka

Jo tidak menciptakan Jumbo karena disuruh, tapi karena ia merasa sendiri dan ingin teman. Anak-anak punya dunia batin yang kaya, dan imajinasi sering kali menjadi jembatan untuk mengekspresikan emosi atau menjelajahi ide-ide baru.

Sayangnya, dalam sistem pendidikan yang terlalu fokus pada nilai akademis, imajinasi anak bisa terlupakan. Padahal, dalam dunia teknologi, kreativitas adalah kekuatan utama. Banyak inovasi besar lahir bukan dari pengetahuan, tapi dari keberanian untuk membayangkan hal-hal yang belum ada.

Sebagai orang tua, kita bisa mulai dengan bertanya:

“Kalau kamu bisa membuat robot seperti Jumbo, dia akan seperti apa? Bisa apa saja?”

Dari situ, anak belajar berpikir kreatif dan menuangkan ide secara konkret.

2. Jumbo: Teknologi Bukan Musuh, Tapi Alat Ekspresi

Dalam film Jumbo, teknologi hadir sebagai medium ekspresi—bukan sekadar alat hiburan. Sama seperti Jo yang membangun Jumbo dari barang bekas, anak-anak zaman sekarang juga bisa menciptakan sesuatu dari apa yang mereka miliki: laptop, tablet, dan koneksi internet.

Namun, penggunaan teknologi harus diarahkan. Gadget tidak melulu buruk. Jika digunakan dengan tujuan yang jelas, ia bisa menjadi sarana anak belajar berpikir logis, berinovasi, bahkan menyampaikan perasaan mereka.

Alih-alih melarang anak bermain gadget, kita bisa bertanya:

“Apa yang bisa kamu buat dengan itu?”

“Mau coba bikin game atau animasi sendiri?”

Dari sinilah teknologi berubah fungsi: dari konsumsi pasif menjadi proses penciptaan aktif.

3. Jumbo: Setiap Anak Bisa Menjadi Pencipta, Bukan Hanya Pengguna

Film Jumbo memberi kita satu pesan penting: anak-anak punya kapasitas untuk menciptakan sesuatu yang luar biasa, asal mereka diberi kesempatan. Tidak semua anak harus jadi ilmuwan atau insinyur, tapi semua anak bisa menjadi creator—mereka hanya butuh wadah yang tepat.

Saat ini, belajar teknologi seperti coding atau animasi sudah bisa dimulai sejak usia SD. Anak-anak tidak perlu langsung membuat robot, tapi mereka bisa mulai dengan membuat karakter, mengatur alur cerita, atau menciptakan permainan kecil. Proses ini melatih banyak hal: dari berpikir sistematis, pemecahan masalah, hingga kerja sama.

Dan yang paling penting? mereka belajar percaya pada ide mereka sendiri.

Jumbo: Siapkah Kita Memberi Anak Ruang untuk Berkarya?

Sebagai orang tua, kita punya peran penting untuk mendampingi dan memfasilitasi eksplorasi anak—bukan mengarahkannya secara kaku. Imajinasi anak, seperti Jo dalam film Jumbo, sering kali menjadi fondasi awal dari keterampilan abad ke-21: kreativitas, empati, literasi teknologi, dan inovasi.

Memberi ruang untuk bermain dan berimajinasi dengan teknologi bisa menjadi langkah awal menuju masa depan yang lebih cerah untuk anak-anak kita.

Bantu Anak Anda Mewujudkan Ide Liar Mereka Bersama Timedoor Academy

Di Timedoor Academy, kami percaya bahwa setiap anak memiliki potensi luar biasa untuk menciptakan dan bukan sekadar mengikuti. Melalui program seperti coding, animasi, dan desain digital, anak-anak diajak untuk mengasah imajinasi mereka dan menuangkannya ke dalam bentuk yang nyata: mulai dari game interaktif, karakter animasi, hingga proyek digital personal yang mencerminkan ide dan perasaan mereka. Dengan pendekatan yang menyenangkan dan terstruktur, kami membantu anak memahami bahwa teknologi bukan sekadar konsumsi, tetapi juga ruang eksplorasi.

Ingin tahu detail program? Image

Ingin tahu detail program?

Kelas-kelas kami bersifat online dan interaktif, dipandu oleh mentor profesional dari Indonesia dan Jepang, serta dirancang untuk anak usia 5 hingga 18 tahun dari berbagai latar belakang. Jadi jika anak Anda memiliki dunia imajinasi sebesar robot Jumbo, mungkin mereka hanya perlu satu hal: lingkungan yang tepat untuk mewujudkannya.

Join kelas uji coba gratis kami sekarang juga!

Artikel Lainnya

5 Top! Cara Mengenali Perbedaan Anak Introvert dan Antisosial
5 Top! Cara Mengenali Perbedaan Anak Introvert dan Antisosial
Tidak sedikit orang tua yang masih bingung membedakan sifat anak yang introvert dengan yang antisosial. Keduanya memang sama-sama terlihat lebih pendiam dan tidak terlalu aktif secara sosial, tetapi keduanya memiliki makna yang sangat berbeda. Memahami perbedaan anak introvert dan antisosial sangat penting agar orang tua bisa memberikan pendekatan yang tepat sesuai dengan kepribadian anak. Mengenali Perbedaan Anak Introvert dan Antisosial Introvert adalah tipe kepribadian yang cenderung lebih nyaman dengan aktivitas yang dilakukan sendiri atau dalam kelompok kecil. Anak introvert bukan berarti tidak punya kemampuan sosial, tetapi mereka lebih cepat lelah dalam situasi yang ramai atau terlalu banyak interaksi. Sementara itu, anak dengan kecenderungan antisosial justru menunjukkan perilaku yang menentang norma sosial dan bisa mengarah pada gangguan perilaku jika tidak ditangani sejak dini. Melalui artikel ini, mari kita bahas lebih dalam tentang perbedaan anak introvert dan antisosial, agar orang tua bisa lebih bijak dalam memahami karakter buah hatinya. 1. Sumber Perilaku yang Berbeda Anak introvert biasanya memilih untuk tidak terlalu banyak bersosialisasi karena memang merasa lebih nyaman dengan dirinya sendiri. Ia bukan tidak mampu berinteraksi, tetapi memilih waktu dan tempat yang tepat untuk itu. Sementara itu, anak dengan kecenderungan antisosial mungkin memang tidak memiliki empati terhadap orang lain, bahkan bisa menunjukkan perilaku menantang seperti berbohong, merusak, atau menyerang. Dengan kata lain, introversi adalah preferensi, sedangkan antisosial adalah bentuk gangguan atau masalah perilaku yang perlu perhatian khusus. 2. Reaksi Terhadap Lingkungan Sosial Anak introvert cenderung diam dalam keramaian, tetapi bisa menunjukkan antusiasme saat berada di lingkungan yang nyaman. Mereka mungkin membutuhkan waktu untuk beradaptasi, tetapi tetap bisa membentuk relasi yang bermakna. Sebaliknya, anak antisosial sering menunjukkan perilaku yang bermasalah terhadap lingkungan sosialnya. Mereka bukan hanya menarik diri, tetapi juga bisa menunjukkan sikap agresif atau melawan aturan. Pemahaman ini membantu orang tua mengenali lebih awal perbedaan anak introvert dan antisosial sebelum salah mengambil langkah dalam mendidik atau menangani anak. 3. Kemampuan Berempati Anak introvert memiliki empati yang cukup tinggi. Mereka bisa memahami perasaan orang lain dan bahkan cenderung sensitif terhadap lingkungan sekitar. Itulah mengapa mereka memilih untuk berada di tempat yang tenang atau menghindari konflik. Sebaliknya, anak dengan gangguan antisosial biasanya tidak menunjukkan empati terhadap perasaan orang lain. Bahkan mereka bisa saja merasa tidak bersalah saat menyakiti orang lain secara verbal atau fisik. Perlu dicatat bahwa kemampuan empati menjadi salah satu indikator penting dalam memahami perbedaan anak introvert dan antisosial secara psikologis. 4. Hubungan dengan Orang Lain Introvert mungkin tidak memiliki banyak teman, tetapi tetap bisa membentuk hubungan yang kuat dan berkualitas. Mereka lebih memilih satu atau dua sahabat dekat dibanding berada di tengah kelompok besar. Anak antisosial sering kali tidak memiliki hubungan sosial yang sehat karena perilakunya yang destruktif atau manipulatif. Mereka kesulitan mempertahankan hubungan karena kurangnya empati dan kepedulian terhadap orang lain. Melalui pengamatan ini, orang tua dapat lebih akurat mengidentifikasi perbedaan anak introvert dan antisosial dalam keseharian. 5. Cara Menanganinya Jika anak menunjukkan kecenderungan introvert, orang tua cukup memberikan ruang pribadi, tidak memaksa mereka tampil di depan umum, dan mendukung mereka menemukan minat yang sesuai. Anak introvert tetap bisa berkembang dengan baik dalam lingkungan yang menghargai gaya belajar dan komunikasinya. Namun jika anak menunjukkan ciri antisosial, penting untuk berkonsultasi dengan psikolog anak atau ahli perkembangan anak. Penanganan sejak dini sangat penting agar tidak berkembang menjadi gangguan perilaku yang lebih serius di masa remaja atau dewasa. Pentingnya Deteksi Dini dan Komunikasi Terbuka Memahami perbedaan anak introvert dan antisosial bukan soal memberi label, tetapi soal mengenali kebutuhan emosional dan sosial anak secara tepat. Dengan pemahaman ini, orang tua bisa memberikan dukungan yang sesuai dan mencegah kesalahpahaman yang dapat berdampak negatif pada perkembangan anak. Membuka ruang komunikasi yang jujur dan aman di rumah akan membantu anak merasa dipahami, apapun kecenderungan kepribadiannya. Soft Skill dan Logika? Bisa Ditingkatkan Lewat Coding Selain memahami sisi emosional dan sosial anak, jangan lupakan pentingnya mengembangkan kemampuan logika dan pemecahan masalah sejak dini. Coding adalah salah satu cara yang menyenangkan untuk melatih berpikir kritis, disiplin, dan kreativitas. Di Timedoor Academy, anak-anak bisa belajar coding sesuai usia mereka, mulai dari pemula hingga lanjutan. Programnya interaktif, ramah anak, dan bisa dilakukan dari rumah. Yuk, daftarkan anak ke kelas coding gratis di Timedoor Academy hari ini dan dukung tumbuh kembangnya secara menyeluruh!
<strong>5 Top! Rekomendasi Rekening Tabungan untuk Anak yang Aman dan Edukatif</strong>
5 Top! Rekomendasi Rekening Tabungan untuk Anak yang Aman dan Edukatif
Mengajarkan anak menabung sejak dini adalah langkah bijak untuk membentuk kebiasaan finansial yang sehat. Salah satu cara paling efektif adalah dengan membuka rekening tabungan untuk anak di bank yang terpercaya. Melalui produk perbankan khusus anak, orang tua bisa memperkenalkan konsep keuangan, manajemen uang saku, hingga tanggung jawab dalam mengatur pengeluaran sejak kecil. Saat ini, banyak bank di Indonesia yang menawarkan rekening tabungan untuk anak dengan berbagai fitur menarik dan edukatif. Orang tua tidak hanya mendapatkan kemudahan memantau saldo anak, tetapi juga bisa membimbing mereka untuk mencapai tujuan keuangan sederhana, seperti menabung untuk membeli buku, mainan, atau keperluan sekolah. Namun, memilih rekening tabungan untuk anak sebaiknya tidak asal pilih. Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, mulai dari setoran awal, biaya administrasi, hingga fasilitas seperti kartu ATM, aplikasi mobile banking, dan fitur edukasi. Berikut adalah lima rekomendasi rekening tabungan untuk anak terbaik yang layak dipertimbangkan tahun ini. 1. BRI Junior BRI Junior merupakan salah satu produk rekening tabungan untuk anak dari Bank Rakyat Indonesia yang sangat populer. Ditujukan untuk anak usia 0–17 tahun, BRI Junior menawarkan setoran awal yang ringan dan berbagai promo menarik, seperti diskon di merchant pendidikan maupun toko buku. Keunggulan: Setoran awal mulai Rp100.000 Bebas biaya administrasi bulanan untuk saldo tertentu Dilengkapi kartu ATM dengan desain lucu Edukasi literasi keuangan melalui program fun banking BRI Junior juga memiliki fitur notifikasi transaksi sehingga orang tua dapat memantau aktivitas keuangan anak secara real time. 2. Tabungan BCA SimPel (Simpanan Pelajar) Tabungan BCA SimPel adalah produk khusus pelajar dari Bank Central Asia yang menjadi favorit banyak keluarga. SimPel BCA dirancang sebagai rekening tabungan untuk anak yang mudah diakses, aman, dan bebas biaya administrasi. Keunggulan: Setoran awal hanya Rp5.000 Tidak ada biaya administrasi bulanan Dapat dibuka di sekolah yang bekerja sama atau cabang BCA Fitur kartu ATM khusus pelajar Tabungan SimPel memudahkan anak belajar menabung sekaligus membangun kedisiplinan finansial tanpa risiko biaya tinggi. 3. Mandiri Tabungan SimPel Mandiri Tabungan SimPel merupakan program nasional tabungan pelajar dari Bank Mandiri, yang fokus pada edukasi keuangan sejak usia dini. Produk ini menjadi salah satu rekening tabungan untuk anak terbaik berkat kemudahan setoran awal dan jaringan ATM yang luas. Keunggulan: Setoran awal dan saldo minimum hanya Rp5.000 Tidak ada biaya bulanan Bisa melakukan setor dan tarik tunai di seluruh cabang Bank Mandiri Mendukung transaksi digital banking Selain itu, Bank Mandiri sering mengadakan program edukasi menabung di sekolah untuk meningkatkan literasi keuangan anak-anak. 4. CIMB Niaga Tabungan Junior Produk CIMB Niaga Tabungan Junior juga patut dipertimbangkan sebagai rekening tabungan untuk anak yang edukatif dan inovatif. Dirancang untuk anak usia di bawah 17 tahun, produk ini menawarkan berbagai fitur menarik, termasuk hadiah langsung dan program reward. Keunggulan: Setoran awal mulai Rp100.000 Fasilitas e-banking dan mobile banking Kartu ATM desain khusus anak Program reward berdasarkan saldo dan aktivitas menabung Tabungan Junior dari CIMB Niaga cocok untuk orang tua yang ingin membiasakan anak menabung sekaligus memperkenalkan teknologi perbankan digital. 5. BTN Junior BTN Junior adalah produk rekening tabungan untuk anak dari Bank Tabungan Negara yang mengedepankan kemudahan dan keamanan. Fitur edukasi keuangan menjadi keunggulan utama BTN Junior, dengan berbagai program menabung yang menyenangkan. Keunggulan: Setoran awal mulai Rp20.000 Tidak ada biaya administrasi bulanan Edukasi keuangan melalui kegiatan di sekolah mitra Hadiah menarik bagi penabung aktif BTN Junior dapat diakses di seluruh jaringan cabang BTN, membuatnya mudah dijangkau oleh keluarga di berbagai daerah. Tips Memilih Rekening Tabungan untuk Anak yang Tepat Agar manfaat menabung semakin maksimal, berikut beberapa tips memilih rekening tabungan untuk anak: Pilih produk yang sesuai usia dan kebutuhan anak, serta mudah diawasi orang tua. Perhatikan biaya administrasi, setoran awal, dan minimum saldo. Cek fasilitas pendukung seperti kartu ATM, mobile banking, dan fitur edukasi. Utamakan bank dengan program literasi keuangan dan reward untuk anak. Libatkan anak dalam proses pembukaan rekening, agar mereka merasa lebih bertanggung jawab. Menabung Sambil Belajar Literasi Keuangan dan Digital Mengajarkan anak menabung melalui rekening tabungan untuk anak bukan sekadar soal menyimpan uang, tapi juga membangun fondasi literasi keuangan yang kuat. Seiring perkembangan zaman, anak-anak juga perlu diperkenalkan pada keterampilan digital seperti coding, agar siap menghadapi tantangan masa depan. Jika Anda ingin anak tumbuh mandiri secara finansial dan cakap teknologi, daftarkan mereka di kelas coding gratis di Timedoor Academy. Anak bisa belajar mengatur keuangan sambil mengembangkan logika dan kreativitas digital, sehingga siap menjadi generasi yang bijak dan inovatif.
7 Ciri-Ciri Anak Autis yang Sering Orang Tua Tidak Sadari
7 Ciri-Ciri Anak Autis yang Sering Orang Tua Tidak Sadari
Setiap anak tumbuh dan berkembang dengan cara yang berbeda. Namun, ada kalanya orang tua mulai merasa khawatir ketika anak menunjukkan perilaku yang tidak seperti anak-anak lain seusianya. Salah satu hal penting yang perlu diperhatikan sejak dini adalah ciri-ciri anak autis, karena semakin cepat dikenali, semakin besar peluang anak mendapatkan dukungan yang tepat. Autisme atau Autism Spectrum Disorder (ASD) adalah kondisi perkembangan saraf yang memengaruhi kemampuan anak dalam berinteraksi, berkomunikasi, dan berperilaku. Gejalanya bisa sangat beragam, mulai dari yang ringan hingga yang lebih kompleks. Karena sifatnya yang spektrum, banyak orang tua yang mungkin tidak langsung menyadari bahwa anaknya menunjukkan tanda-tanda autisme. Berikut ini beberapa ciri-ciri anak autis yang umum dijumpai dan sebaiknya tidak diabaikan oleh orang tua. 1. Kontak Mata yang Terbatas Salah satu tanda awal yang bisa terlihat adalah anak jarang melakukan kontak mata. Misalnya, saat diajak bicara atau bermain, anak tampak tidak menatap wajah lawan bicaranya. Ini bisa menjadi salah satu ciri-ciri anak autis yang paling awal muncul, dan sering kali dianggap sekadar anak pemalu atau kurang fokus. 2. Tidak Merespons Saat Dipanggil Namanya Anak usia satu tahun umumnya sudah mulai merespons ketika namanya dipanggil. Namun, anak dengan autisme sering tidak memberikan reaksi apa pun. Mereka tampak asyik dengan dunianya sendiri, bukan karena gangguan pendengaran, tetapi karena adanya perbedaan dalam cara otak mereka memproses informasi sosial. 3. Minim Ekspresi dan Gerak Tubuh Sosial Anak-anak biasanya menunjukkan emosi melalui senyuman, lambaian tangan, atau menunjuk sesuatu yang menarik perhatian. Jika anak Anda jarang melakukan hal-hal ini, bisa jadi itu termasuk dalam ciri-ciri anak autis. Anak autis cenderung memiliki ekspresi wajah yang datar dan tidak terlalu menunjukkan ketertarikan sosial. 4. Terlambat Bicara atau Tidak Menggunakan Bahasa untuk Berkomunikasi Banyak anak autis mengalami keterlambatan berbicara. Beberapa mungkin bisa mengucapkan kata-kata, tetapi tidak menggunakannya untuk berkomunikasi. Bahkan ada yang lebih memilih menyampaikan kebutuhan melalui gestur daripada kata-kata. Ini termasuk salah satu ciri-ciri anak autis yang paling umum dikenali saat anak memasuki usia balita. 5. Pola Bermain yang Tidak Biasa Anak-anak biasanya suka bermain peran atau berinteraksi dengan temannya. Tapi anak autis mungkin justru fokus pada bagian tertentu dari mainan, seperti hanya memutar roda mobil atau menyusun benda dengan pola tertentu berulang kali. Pola bermain yang kaku seperti ini merupakan salah satu ciri-ciri anak autis yang khas. 6. Sensitivitas yang Berlebihan atau Justru Tidak Pekah Anak autis bisa menunjukkan reaksi berlebihan terhadap suara keras, sentuhan ringan, atau cahaya terang. Sebaliknya, ada juga yang tidak merespons sama sekali terhadap rangsangan semacam itu. Sensitivitas yang tidak biasa terhadap lingkungan sekitar menjadi ciri-ciri anak autis yang sering kali membingungkan orang tua. 7. Sering Mengulang Gerakan atau Kata Anak dengan autisme sering melakukan gerakan atau mengulang kata-kata tertentu tanpa henti, seperti mengepakkan tangan, melompat-lompat, atau mengucapkan kata yang sama berulang kali. Kebiasaan ini biasanya menjadi bentuk kenyamanan atau stimulasi diri dan merupakan ciri-ciri anak autis yang cukup mudah dikenali. Haruskah Langsung Khawatir? Menemukan beberapa dari ciri-ciri anak autis bukan berarti Anda harus langsung panik. Yang terpenting adalah mengamati secara konsisten dan berkonsultasi dengan tenaga profesional seperti psikolog anak atau dokter tumbuh kembang. Diagnosis yang tepat membutuhkan evaluasi mendalam, dan tidak semua anak yang mengalami keterlambatan atau keunikan perilaku langsung masuk ke dalam spektrum autisme. Semakin dini gejala dikenali, semakin besar kemungkinan anak mendapatkan intervensi dan dukungan yang sesuai. Baik itu terapi wicara, terapi okupasi, atau pendampingan sosial, semua akan membantu anak berkembang lebih optimal. Tambahan: Mengenalkan Dunia Teknologi pada Anak Selain perhatian pada tumbuh kembang sosial dan emosional, anak juga bisa dikenalkan pada aktivitas yang membangun logika dan konsentrasi. Salah satunya adalah melalui kegiatan coding. Aktivitas ini melatih anak untuk berpikir sistematis, menyusun strategi, dan menyelesaikan masalah. Timedoor Academy menyediakan kursus coding ramah anak yang cocok untuk berbagai karakter dan kebutuhan belajar, termasuk anak dengan gaya belajar visual dan logis. Coba kelas gratisnya sekarang dan lihat sendiri bagaimana teknologi bisa jadi sarana belajar yang menyenangkan.!
float button