Anak Kecanduan Gadget? Ini Dia Tips Atur Batas Screen Time pada Anak di 2025
Di era teknologi yang semakin maju, anak-anak tumbuh di tengah berbagai gawai dan layar digital. Televisi, smartphone, tablet, hingga laptop, kini menjadi bagian tak terpisahkan dari keseharian mereka. Namun, di tengah kenyamanan tersebut, muncul kekhawatiran baru bagi orang tua: bagaimana menentukan batas screen time pada anak agar mereka tetap tumbuh sehat secara fisik, mental, dan sosial?
Screen time atau waktu yang dihabiskan di depan layar, jika digunakan secara bijak, dapat memberikan manfaat edukatif dan hiburan. Akan tetapi, terlalu banyak screen time juga dapat menimbulkan risiko yang cukup serius bagi perkembangan anak. Maka dari itu, penting bagi orang tua untuk menetapkan batasan yang tepat dan menerapkannya secara konsisten.
Mengapa batas screen time pada anak perlu diatur?

Anak-anak cenderung mudah tertarik dengan konten visual di layar. Sayangnya, durasi yang panjang tanpa pengawasan dapat menyebabkan dampak negatif, seperti gangguan tidur, kelelahan mata, berkurangnya aktivitas fisik, hingga menurunnya kemampuan bersosialisasi. Pada usia pertumbuhan, otak anak sangat membutuhkan stimulasi dari dunia nyata, bukan hanya dari layar.
Selain itu, anak yang terlalu sering berada di depan layar cenderung memiliki perhatian yang pendek dan kesulitan berkonsentrasi. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa batas screen time pada anak yang tidak dijaga dapat berdampak pada performa akademik, kemampuan bahasa, bahkan kesehatan emosional mereka.
Panduan umum dari lembaga kesehatan dunia
Menurut World Health Organization (WHO) dan American Academy of Pediatrics (AAP), berikut adalah rekomendasi durasi atau batas screen time pada anak berdasarkan usia anak:
- Usia 0–2 tahun: tidak disarankan screen time sama sekali, kecuali untuk video call dengan keluarga.
- Usia 2–5 tahun: maksimal 1 jam per hari, dengan pendampingan orang tua.
- Usia 6 tahun ke atas: screen time harus dikontrol agar tidak mengganggu tidur, aktivitas fisik, dan waktu bersama keluarga.
Namun perlu diingat, yang lebih penting dari sekadar durasi adalah jenis konten yang dikonsumsi dan tujuan penggunaannya. Tidak semua screen time itu buruk, terutama jika dimanfaatkan untuk belajar atau berkreasi.
Dampak screen time yang berlebihan

Jika orang tua tidak menerapkan batas screen time pada anak, ada beberapa dampak jangka panjang yang perlu diwaspadai:
- Masalah tidur: Cahaya biru dari layar dapat menghambat produksi melatonin, hormon yang membantu tidur.
- Kurangnya aktivitas fisik: Anak menjadi lebih pasif dan berisiko mengalami obesitas.
- Gangguan penglihatan: Terlalu lama menatap layar dapat menyebabkan mata lelah dan kering.
- Keterlambatan bicara dan sosial: Interaksi manusia nyata menjadi terbatas, apalagi pada usia dini.
- Perilaku impulsif: Anak bisa lebih cepat frustrasi dan sulit mengontrol emosi.
Cara efektif mengelola batas screen time pada anak
Berikut beberapa strategi sederhana namun efektif yang bisa diterapkan:
- Buat jadwal penggunaan layar yang jelas: Misalnya hanya boleh bermain gadget setelah menyelesaikan PR atau pekerjaan rumah.
- Berikan contoh yang baik: Anak akan meniru kebiasaan orang tuanya. Kurangi juga screen time Anda di rumah.
- Gunakan fitur kontrol orang tua: Banyak aplikasi dan perangkat yang kini menyediakan fitur untuk membatasi akses atau waktu layar.
- Aktivitas pengganti: Ajak anak berolahraga, membaca buku, bermain puzzle, atau melakukan eksperimen sains sederhana.
- Buat zona bebas layar: Seperti ruang makan, kamar tidur, dan waktu keluarga bersama.
- Berikan konten yang berkualitas: Edukatif, sesuai usia, dan mendukung perkembangan anak.
- Komunikasi terbuka: Jelaskan alasan pentingnya membatasi screen time dan ajak anak terlibat dalam membuat aturannya.
Dengan pendekatan yang positif dan konsisten, anak akan terbiasa dengan rutinitas sehat tanpa merasa dikekang.
Belajar coding: alternatif positif untuk screen time

Di tengah kekhawatiran tentang gadget, muncul solusi kreatif: mengarahkan screen time anak ke kegiatan yang produktif dan edukatif, salah satunya adalah belajar coding. Coding mengajarkan anak berpikir logis, menyusun instruksi, dan memecahkan masalah dengan cara menyenangkan.
Melalui coding, anak tidak hanya “menonton” atau “bermain” di depan layar, tetapi juga menciptakan sesuatu. Mereka akan lebih aktif secara mental, sekaligus membangun kepercayaan diri dan kreativitas.
Mengapa Timedoor Academy layak dipertimbangkan?
Ingin tahu detail program?
Timedoor Academy hadir sebagai kursus coding anak yang tidak hanya mengajarkan teknologi, tetapi juga membentuk kebiasaan digital yang sehat. Anak-anak belajar dengan kurikulum berbasis internasional, sambil menerapkan waktu layar yang terstruktur dan bertanggung jawab.
Dengan pendekatan berbasis proyek, anak diajak membangun game, website, hingga animasi sambil mengasah logika dan komunikasi. Ini adalah contoh screen time yang produktif dan terarah.
Daftarkan anak Anda sekarang dan nikmati kelas trial gratis dari Timedoor Academy. Jadikan screen time anak lebih berkualitas dan bermakna.